archives

Archive for

Pameran Lambang Negara Berlangsung di kantor Kemlu

TheJakartaReview- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menggelar Pameran ‘Sejarah Lambang Negara Garuda’. Eksibisi tersebut secara resmi dibuka mulai dibuka Kamis, 19/7 di Gedung Pancasila, Kemlu, jalan Penjambon, Jakarta Pusat.

“Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan semangat nasionalisme generasi muda,” ujar Sekretaris Jenderal Kemlu, Budi Bowoleksono, dalam pidatonya. Menurutnya, kegiatan ini juga menjadi penting dan relevan untuk menambah wawasan sejarah peserta.

Melalui pameran ini pula, Kemlu ingin memberikan kesempatan pada masyarakat untuk melihat Gedung Pancasila. “Agar dapat mengenal lebih dekat Gedung Pancasila dan sejarahnya,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Dubes A.M. Fachir.

Pengunjung dapat mengikuti tur Gedung Pancasila yang juga menjadi saksi kelahiran lambang negara Indonesia. Panitia telah mempersiapkan sejumlah pemandu yang terdiri dari para diplomat muda Kemlu.

Pameran hasil kerja sama Direktorat Diplomasi Publik, Museum Konferensi Asia Afrika, dan Rumah Garuda ini baru pertama kali digelar. Selama pelaksanaannya, pengunjung dapat melihat 20 panel tentang lambang negara, mulai dari proses desain, biografi perancang, dan sketsa awalnya.

Selain itu, ditampilkan pula berbagai koleksi tiga dimensi mengenai lambang negara Garuda. Koleksi tersebut dipinjamkan oleh Bapak Nanang Rachmat Hidayat, pemilik ‘Rumah Garuda’ di Yogyakarta.

Masyarakat juga dapat menyaksikan film dokumenter yang disiapkan oleh panitia. Suguhan audio visual tersebut memberikan gambaran proses awal perancangan lambang negara kepada pengunjung.

Film bertemakan lambang negara yang berdurasi selama 10 menit itu menampilkan gagasan awal, sayembara melukis, pembentukan panita, rancangan lambang dari Muhammad Yamin dan Sultan Hamid II, serta evolusi desain hingga saat ini.

Sesi pembukaan pameran dihadiri oleh tamu-tamu yang berasal dari berbagai kalangan. Kemlu mengundang sejarawan, akademisi, mahasiswa, pelajar, instansi pemerintah, dan media massa.

Eksibisi akan terus digelar mulai 19 Juli hingga 14 Agustus 2012 di Gedung Pancasila Kemlu, Jalan Pejambon No. 6, Jakarta Pusat. Pengunjung dapat hadir dan memelajari lebih jauh tentang lambang negara setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis, pukul 09.00 WIB sampai 14.00 WIB. Informasi lebih lanjut, hubungi (021) 3441508. (Sumber : Dit. Infomed/PLE/Nik)

Pemilukada Jakarta: Milih Spanduk apa Program?

Oleh Dwitri Walyo

TheJakartaReview- Menjelang tanggal 11 Juli ini, kota Jakarta semakin hiruk-pikuk. Hari itu, Jakarta yang berpenghuni 8,5 juta jiwa ini akan memilih pemimpinnya. Nah, menjelang hari penentuan itulah, ‘keramaian’ Jakarta kian terasa intensitasnya. Bukan saja, pertemuan kandidat yang kali ini mencapai rekor (6 pasangan kandidat) yang kian sering, tapi juga ‘perang spanduk’.

Keriuhan pesta itu bisa dilihat di sepanjang jalan utama, maupun sudut-sudut kampung berpehuni padat. Di sana bertebaran spanduk-spanduk enam peserta Pemilukada DKI. Aneka foto ‘sok ganteng’ mejeng bareng foto seronok milik Jupe yang lagi pegang handphone. Atau wajah si ganteng Doni Damara.

“Saya terganggu dengan spanduk-spanduk itu,” istri saya pun menggerutu tiap kali lewat kelokan jalan Jakarta..Saya pun, dalam hati membenarkan. Bahwa, di sisi kiri dan kanan jalanan di Jakarta, memang dipenuhi aneka warna bendera. Kalau tidak bendera/spanduk produk, ya bendera partai yang silih berganti. Sungguh, tidak ada eloknya sama sekali. Tidak ada estetika. Lantaran spanduk-spanduk itu dipasang asal tempel, di tiang listrik, di tembok pagar/rumah, bahkan yang parah ditempel di pepohonan peghijauan kota.

Apaboleh buat, gerutuan istri itu, saya tanggapi dengan senyum. Dalam hati, saya pun setuju, jelas lebih enak lihat tampang Jupe. Atau setidaknya tampang si ‘Pangeran’ Fernando Torres atau Cesc Fabregas-lah. Selain enak dipandang, wajah mereka jauh lebih seger.

Yang juga menyesakkan dada, manakala menyimak tulisan dalam spanduk itu. Para bapak-bapak yang semuanya merasa layak (rumongso biso) mimpin kota Jakarta itu, semua umbar janji. “Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, membereskan dan mensejahterakan kota Jakarta”.

Mantap bukan, janji mereka. Apa mereka tidak takut ya, bahwa janji adalah hutang yang harus dibayar. Dan, kata ustadz di Nurul Kautsar, mushalla kecil di kampung saya di Bekasi, semua janji akan dihisab nanti di hadapan sang pencipta.

Dalam hati saya pun sungguh ragu, bahwa mereka mampu memenuhi semua janji itu. Bukankan sudah terbukti, siapapun politisi di negeri ini, tidak ada yang bisa memenuhi janjinya. Bakan Partai Demokrat yang berjanji “Katakan Tidak Korupsi”, sekarang politisi masuk bui karena korupsi.

Nah, soal janji para kandidat para Gubernur DK; “Apa iya, Jakarta yang baru saja merayakan ulang tahun ke-485 ini, dengan segala karut -marutnya yang telanjur seperti benang kusut, bisa dibereskan dalam waktu dua, tiga atau empat tahun saja? La, para gubernur Jakarta yang silih berganti memimpin dalam masa ratusan tahun saja, tidak mampu kok menciptakan Jakarta yang indah, bebas macet, bebas banjir, dan sejahtera bagi semua warganya?”

Pemilu Tanpa Spanduk, Mungkinkah?

Spanduk/baliho yang bertebaran di sekujur tubuh kota, sudah pasti bukan monopoli kota Jakarta. Itu terjadi dimana-mana. Di Bekasi, Jawa Barat, yang akan memilih walikota Desember nanti, juga penuh spanduk yang menampakkan wajah-wajah ‘ganteng’ dan ‘ayu’ para bakal kandidat.

D Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara, yang sempat saya kunjungi di awal bulan lalu, situasinya tidak kalah ramai. Terlebih, karena di sana, tengah persiapan Pemilukada Walikota Kendari dan Pemilukada Propinsi. Spanduk dan baliho pun bertebaran dimana-mana.

Apaboleh buat, spanduk/baliho yang berisi wajah para politisi adalah hal lumrah sejak reformasi bergulir. Inilah bagian dari pesta demokrasi itu. Lewat spanduk itu, para kandidat mejeng dan umbar janji. Bebas.

Tentu tidak ada yang salah dengan semua itu. Masalahnya, ya itu tadi, pemasangan spanduk dan baliho yang sama sekali tidak mengindahkan tata ruang dan lingkungan hijau. Selain itu, tentu perlu jadi bahan kajian, apakah spanduk-spanduk itu menjadi indikator pemilih mencoblos atau tidak. Dalam Pemilukada; apakah memilih spanduk atau program kandidat.

Sejalan dengan itu, adalah menarik jika ke depan, kampanye kandidat bisa dilakukan lebih rapi. Katakanlah, green campaign, kampanye hijau. Dalam kampanye, kandidat memiliki tenggang rasa pada estetika kota dan lingkungan.

Yang kedua, kalaupun terpaksa memasang spanduk; isinya tidak klise dan standar. Misal janji; bertekad membangun kota, atau memsejahterakan rakyat, atau katakan tidak pada korupsi. Bukankah itu semua, adalah memang tugas pemimpin. Mau dikatakan atau ditulis, mensejahterakan warganya adalah tugas yang harus mereka laksanakan.

Menarik kemudian adalah isi salah satu brosur yang disampaikan politisi PAN di Bekasi, Maskur Ahmad. Selagi para kandidat atau bakal calon walikota Bekasi, sekedar bicara ‘anti korupsi’, Maskur menyodorkan gagasan konkrit; “Bersedia dihukum mati, apabila diberi amanah memimpin Kota Bekasi, dan melakukan tindak pidana KORUPSI”.

Kepada penulis, Maskur menyatakan tidak akan memberikan uang kepada pemilih. “Kalau rakyat memilih pemimpin karena adanya pemberian uang. Itu artinya, rakyat juga merestui si pemimpin untuk korup,” katanya.

Dan tentang model kampanye spanduk? Maskur setuju kampanye hijau, kampanye yang tidak merusak keindahan tata kota dan lingkungan.Karenanya, pemasangan spanduk sesedikit mungkin dan isi spanduk musti program konkrit. “Pemilukada adalah memilih pemimpin yang amanah, bukan memilih spanduk,” katanya.

Sumber: http://www.gatra.com/home/pojok-dete/81-pojok-dete/14981-pemilukada-jakarta-milih-spanduk-apa-program

Muhammad Taufik dan Affifa Terpilih Menjadi Abnon Jakarta 2012

TheJakartaReview – Setelah berhasil menyisihkan 17 pasangan lainnya, Muhammad Taufik dari Jakarta Utara dan Affifa Mardhotillah dari Jakarta Selatan keluar sebagai pemenang Abang-None Jakarta 2012.

Malam final pemilihan Abnon Jakarta 2012 ini berlangsung di Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Selasa (3/7) malam. Atas prestasi tersebut, keduanya mendapatkan hadiah mobil yang dipersembahkan oleh Bank DKI.

Panitia juga menetapkan wakil pertama Abang dan None Jakarta 2012 adalah Rizka Abrar dari Jakarta Barat dan Niken Ayu Lativani dari Jakarta Pusat. Atas prestasi itu, masing-masing dari mereka berhak mendapatkan asuransi sebesar Rp 90 juta dari Equity Life Indonesia. Untuk kategori Abang dan None Wakil II diraih Rendy Wicaksana dari Jakarta Barat dan Reska Amelia dari Jakarta Timur. Mereka mendapatkan asuransi masing-masing sebesar Rp 80 juta.

Sedangkan Abang dan None Harapan I diraih Jaka Pradita dari Jakarta Pusat dan Indatasha Bastaman dari Jakarta Selatan. Mereka juga berhak atas hadiah asuransi masing-masing sebesar Rp 70 juta. Untuk Abang dan None Harapan II diraih Julio Roland dari Jakarta Utara dan Valerie Krasnadewi dari Jakarta Utara. Keduanya mendapatkan uang masing-masing sebesar Rp 60 juta.

Sementara Abang dan None Harapan III diraih Iskandar dari Kepulauan Seribu dan Dewi Melani S. Masing-masing mendapatkan asuransi sebesar Rp 50 juta. Selain itu, untuk kategori Abang dan None Favorit yang merupakan pilihan warga Jakarta diraih Rezzi Nanda Barizki dari Kepulauan Seribu dan Andin Dwitasari dari Jakarta Pusat. Mereka memperoleh hadiah uang masing-masing sebesar Rp 40 juta.

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dalam kata sambutannya berpesan agar Abang dan None terpilih mampu menjadi duta pariwisata yang baik bagi Jakarta. Tidak hanya mempromosikan kebudayaan Betawi di Indonesia, tetapi juga hingga mancanegara. “Saya gembira malam final bisa berlangsung lancar. Kita doakan Abang dan None yang terpilih bisa menjadi duta pariwisata Jakarta dan mampu mempromosikan Jakarta ke seluruh penjuru dunia dan tanah air,” kata Fauzi Bowo, Selasa (3/7).

Abang Jakarta 2012 Muhammad Taufik, meminta dukungan dari warga Jakarta untuk mengemban amanah selama satu tahun ke depan. “Alhamdulillah, tanpa berkat dan rahmat Allah kami tidak bisa ada di sini untuk mengamban amanah. Kami mohon doa dan dukungan dari semua pihak dalam program kerja satu tahun ke depan,” ujarnya.

Selter Kunjungan

  • 31.559 hits

Jali-Jali