archives

Museum

This category contains 3 posts

Mengenal Sejarah Perjuangan TNI di Museum Satria Mandala

TheJakartaReview – Museum menjadi tempat pembelajaran yang baik bagi generasi muda. Salah satu museum yang menarik untuk dikunjungi adalah Museum Satria Mandala.

Museum Satria Mandala adalah museum sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Museum yang diresmikan pada tahun 1972 oleh mantan Presiden Indonesia, Soeharto ini awalnya adalah rumah dari salah satu istri mantan Presiden Indonesia, Soekarno, Ratna Sari Dewi Soekarno. Sebelumnya museum ini dikenal dengan Wisma Yaso dan tempat Bung Karno disemayamkan sebelum dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Dalam museum ini dapat ditemui berbagai koleksi peralatan perang di Indonesia, dari masa lampau sampai modern seperti koleksi ranjau, rudal, torpedo, tank, meriam bahkan helikopter dan pesawat terbang (satu diantaranya adalah pesawat Cureng yang pernah diterbangkan oleh Marsekal Udara Agustinus Adi Sucipto).

Selain itu museum ini juga menyimpan berbagai berbagai benda bersejarah yang berkaitan dengan TNI seperti aneka senjata berat maupun ringan, atribut ketentaraan, panji-panji dan lambang-lambang di lingkungan TNI. Selain itu di museum ini dipamerkan juga tandu yang dipergunakan untuk mengusung Panglima Besar Jenderal Soedirman saat beliau bergerilya dalam keadaan sakit melawan pendudukan kembali Belanda pada era 1940-an.

Didalam kompleks Museum TNI Satriamandala dapat dijumpai juga Museum Waspada Purbawisesa yang menampilkan diorama ketika TNI bersama-sama dengan rakyat menumpas gerombolan separatis DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan pada ear tahun 1960-an. Fasilitas lainnya yang ada di Museum TNI Satriamandala ini antara lain adalah Taman Bacaan Anak, Kios Cinderamata, Kantin serta Gedung Serbaguna yang berkapasitas 600 kursi.

Di halaman luar museum terdapat berbagai peralatan yang pernah dipergunakan oleh TNI, dalam menghadapi lawan yang merongrong kedaulatan negara, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain pesawat terbang, peluru kendali, kendaraan tempur, dan meriam.

Dengan mencermati benda-benda sejarah yang ada di museum ini, kita memperoleh inspirasi, pelajaran dari pengalaman masa lalu.

Museum TNI Satria Mandala merupakan salah satu sarana dalam pembinaan dan pelestarian jiwa serta semangat kejuangan di lingkungan TNI bersama rakyat. Selain itu merupakan sarana yang efektif untuk mewariskan nilai-nilai juang 45 dan nilai-nilai luhur TNI 45 secara utuh dan berlanjut. Kepribadian dan jatidiri TNI sebagai pejuang prajurit maupun prajurit pejuang dapat dicermati melalui benda sejarah yang terdapat di Ruang Panji-panji, Ruang Jenderal Sudirman, Ruang Jenderal Oerip Sumohardjo, Ruang Tanda Jasa, Ruang Potret TNI, Ruang Senjata, Balairung Pahlawan, dan Ruang Pakaian Seragam.

Museum Satria Mandala ini adalah salah satu museum yang dikelola oleh Pusjarah (Pusat Sejarah) TNI. Museum atau monumen lain yang dibawah pembinaan Pusjarah TNI adalah Monumen Pancasila Sakti (Lubang Buaya, Jakarta Timur), Museum Keprajuritan Indonesia (terletak di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII, Jakarta Timur)

ALAMAT
Jalan Gatot Subroto Kav. 14, Jakarta Selatan
Telepon (021)-5227949, (021)-5227949

JAM BUKA
Selasa – Minggu: 09.00 – 14.00 WIB
Senin dan Hari libur nasional: Tutup

KARCIS MASUK
Dewasa: Rp 2.500
Pelajar/Anak-anak: Rp 1.500

(RD)

 

 

 

Kota Tua Jakarta, “Pertama Asia” Tempo Dulu

TheJakartaReview – Penat dengan rutinitas kerja? Ada baiknya bersama keluarga kunjungi kawasan Wisata Kota Tua yang berada di dekat stasiun Kota. Selain murah meriah, kawasan kota tua menyungguhkan kota tempo dulu.

Kota tua Jakarta mempunyai  luas wilayah 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka). Wisata kota tua Jakarta mendapat julukan “Permata Asia” dan “Ratu dari Timur” pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, dahulu kala Kota Tua juga pernah dianggap sebagai pusat perdagangan untuk Benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.

Kota Tua menyungguhkan wisata menarik, diantaranya tata ruang, bangunan, serta kulinernya bisa membuat wisatawan yang datang bernostalgia dengan suasana Jakarta tempo dulu. Disektar kota tua Jakarta kini banyak berdiri klub dan komunitas pencinta kota tua dimana komunitas ini bersama-sama mempromosikan dan menjaga kelestarian dari wisata kota itu sendiri.

Wisata kota tua Jakarta menghadirkan suasana antik khas Kota Tua dan banyaknya bagunan bersejarah dan dan museum-museum, selain itu kita juga dapat menikmati wisata bahari, wisata belanja, wisata sejarah dan budaya, wisata rekreasi dan hiburan, serta wisata minat khusus.

Kawasan kota tua juga dapat dinikmati pada malam hari. selain terdapat banyak komunitas, kawasan ini juga menghadirkan wisata malam dengan mengelilingi bangunan tua , berkeliling di museum fatahilah. Di kawasan kota tua juga terdapat Museum Wayang.

Disekitar taman kota tua, bisa ditemui pedagang yang menggelar barang dagangannya di tengah-tengah lapangan, mulai dari boneka, tas, cicin nama, aksesories telepon genggam, pakaian, dan tentu saja para pedagang makanan dan minuman.

Di tempat ini banyak sekali penyewaan sepeda yang tersedia untuk digunakan berkeliling ataupun berfoto. sepeda yang disewakan adalah sepeda ontel kuno dan biasanya penyewa menyediakan topi khas jaman para bangsawan Belanda tempo dulu.

Biasanya sepeda-sepeda ini dimanfaatkan oleh pengunjung untuk berfoto ala masa lalu. kawasan ini juga banyak digunakan oleh pasangan-pasangan yang mengabadikan sebagai foto prewedding lengkap dengan kebaya. Sepeda ini disewakan dengan harga Rp. 10.000 untuk 30 menit.

Kawasan Kota Tua memang kawasan yang sangat sering digunakan oleh para fotografer untuk mengambil gambar, karena banyak bangunan-bangunan yang masih asli peninggalan jaman penjajahan Belanda.

Menuju kota tua ini cukup mudah. Transjakarta (busway) siap mengantar sampai ke kota tua. Jadi kapan Anda berkunjung kota Tua? (RD)

Rumah Kenangan Jenderal AH Nasution

Oleh Hairun Fahrudin

Derap sepatu tentara pada 1 Oktober 1965 dini hari membangunkan Johana Nasution dari tidurnya. Bangkit dari ranjang, ia lalu mengintip dari balik pintu kamar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. “Cakrabirawa,” Johana berbisik kepada AH Nasution, suaminya.

Penggalan film “Pengkhianatan G 30S/PKI” di atas menceritakan penculikan para jenderal yang terjadi di akhir Orde Lama. Anda bisa mengenang peristiwa dramatis di Museum Jenderal AH Nasution yang berlokasi di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Cerita yang Anda dapatkan di museum ini jauh lebih detail dari gambaran di film.

Museum ini dahulu adalah tempat tinggal Jenderal AH Nasution sejak beliau dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1949, hingga wafat pada 6 September 2000. Pada tahun 2008, museum ini diresmikan.

Bangunan museum ini tampak kalah megah dengan rumah-rumah mewah di sekitarnya. Namun patung Jenderal AH Nasution yang berdiri kokoh di depan museum, menjadikannya berbeda.

Ruang pamer di Museum AH Nasution tidak terlalu luas, namun cukup lengkap menampilkan sejarah hidup serta memorabilia jenderal itu. Menariknya lagi, kisah dramatis usaha penculikan Jenderal AH Nasution ditampilkan dalam diorama yang sangat hidup — semua disuguhkan persis kejadian sesungguhnya.

Di dalam museum ada patung dada Jenderal AH Nasution yang tepat dipasang di depan pintu masuk. Di ruang bagian depan dipasang beberapa koleksi pribadi seperti miniatur tank, piagam penghargaan, mebel antik, serta sebuah gading gajah kenang-kenangan dari Brigade Garuda III.

Bagian berikutnya adalah sebuah kamar yang dulu berfungsi sebagai ruang kerja AH Nasution. Di kamar ini dipamerkan 70 buah buku karyanya yang tersusun dalam lemari kayu. Agar suasana hidup, ditampilkan pula meja kerja lengkap dengan patungnya dalam posisi sedang menulis.

Melangkah ke bagian dalam, Anda akan melihat sebuah kamar yang disebut Ruang Kuning. Ini tempat AH Nasution menerima tamu-tamu penting. Disebut Ruang Kuning karena kamar ini didominasi oleh warga kuning. Sofa, karpet, gorden, serta beberapa perabot lainnya semuanya berwarna kuning. (Namun sofa yang dipajang di sini hanya replikanya saja.)

Bagian berikutnya, membuat merinding. Inilah kamar tidur AH Nasution dan Johana. Adegan dramatis terjadi di kamar ini. Masih terlihat bekas tembakan yang merusak pintu serta dinding kamar. Semuanya asli. Begitulah, aksi tentara Cakrabirawa yang berusaha menculik Jenderal AH Nasution ternyata cukup brutal.

Di ruang makan, ada diorama Johana ditodong senjata api oleh Cakrabirawa. Pajangan lainnya yang bisa membuat pengunjung tersentuh adalah baju yang dipakai Ade Irma Suryani Nasution ketika ditembak oleh tentara Cakrabirawa.

Foto Ade Irma bersama Kapten Pierre Tendean (yang mengaku AH Nasution untuk melindungi komandannya) sungguh membuat terharu. Foto itu diambil hanya satu minggu sebelum mereka meninggal.

Museum ini tidak memungut biaya kepada pengunjung — hanya ada kotak sumbangan. Dengan begitu banyaknya informasi sejarah yang bisa didapat, agak mengherankan museum ini hanya dikunjungi 50 orang setiap pekan.

Museum Jenderal AH Nasution
Jalan Teuku Umar 40, Menteng, Jakarta Pusat
Telp.: (021) 314 1975, Faks.: (021) 3192 5084
Jam buka: Selasa-Minggu, pukul 08.00-14.00 WIB
Tiket masuk: gratis

Sumber: http://id.berita.yahoo.com/rumah-kenangan-jenderal-ah-nasution.html

Selter Kunjungan

  • 31.555 hits

Jali-Jali